Semakin banyaknya produsen baru di berbagai negara menjadikan persaingan furniture di pasar internasional semakin ketat. Meski demikian, Bupati Jepara Drs. Hendro Martojo, MM tetap yakin, tiga atau empat tahun mendatang mebel Jepara kembali mampu memenangi persaigan merebut pasar sebagaimana pada puncak kejayaan tahun 2007 - 2008. Hal ini disampaikan bupati saat menghadiri deklarasi dan Musda I Asosiasi Pengrajin Kecil Jepara (APKJ), Selasa (9/6). Deklarasi dan Musda berlangsung di gedung Jepara trade and Tourism Center (JTTC) Rengging....
Menurutnya, masyarakat Jepara memiliki bakat alam yang tidak dimiliki produsen dari negara pesaing seperti Malaysia, Vietnam, dan China. ”Kalau ini kita manfaatkan untuk komitmen menjaga kualitas produk, maka pasar internasional akan kembali kita rebut,” kata bupati.
Selain kualitas, desain produk disebutnya menjadi kunci lain dalam memenangi perebutan pasar. Dalam hal desain, Pemkab Jepara telah melakukan langkah-langkah strategis, termasuk pendirian gedung JTTC. ”Desain center merupakan salah satu fungsi fasilitas ini,” katanya. Setiap tahun, Pemkab Jepara bekerja sama dengan Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Komda Jepara selalu mengadakan lomba desain mebel melalui JFDC (Jepara Furniture and Craft Design Center). Sedangkan upaya agar produk Jepara tak dipatenkan pihak lain, pihaknya telah melakukan pematenan terhadap 99 jenis motif ukir Jepara.
”Dengan upaya itu lkita bisa berharap mebel Jepara kembali seperti pada masa jaya tahun 1997 – 1998,” katanya. Pada saat itu, ekspor mebel Jepara memang berada pada angka tertinggi. Nilai ekspor sempat menyentuh angka US $ 200 juta. Titik nadir ekspor industri ini terjadi pada 2001 yang hanya US $ 64 juta lalu berlahan naik sampai menyentuh angka US $ 160 juta pada tahun 2004. ”Namun sekarang hanya berada pada angka US $ 109 juta,” tandas bupati.
Sementara itu, APKJ memiliki misi untuk memperbaiki kemandirian anggota-anggotanya dalam bertahan menghadapi persaingan pasar global melalui pembentukan harga pasar yang berkeadilan, memfasilitasi akses terhadap kredit, dan meningkatkan posisi tawar yang lebih baik.
Menurutnya, masyarakat Jepara memiliki bakat alam yang tidak dimiliki produsen dari negara pesaing seperti Malaysia, Vietnam, dan China. ”Kalau ini kita manfaatkan untuk komitmen menjaga kualitas produk, maka pasar internasional akan kembali kita rebut,” kata bupati.
Selain kualitas, desain produk disebutnya menjadi kunci lain dalam memenangi perebutan pasar. Dalam hal desain, Pemkab Jepara telah melakukan langkah-langkah strategis, termasuk pendirian gedung JTTC. ”Desain center merupakan salah satu fungsi fasilitas ini,” katanya. Setiap tahun, Pemkab Jepara bekerja sama dengan Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Komda Jepara selalu mengadakan lomba desain mebel melalui JFDC (Jepara Furniture and Craft Design Center). Sedangkan upaya agar produk Jepara tak dipatenkan pihak lain, pihaknya telah melakukan pematenan terhadap 99 jenis motif ukir Jepara.
”Dengan upaya itu lkita bisa berharap mebel Jepara kembali seperti pada masa jaya tahun 1997 – 1998,” katanya. Pada saat itu, ekspor mebel Jepara memang berada pada angka tertinggi. Nilai ekspor sempat menyentuh angka US $ 200 juta. Titik nadir ekspor industri ini terjadi pada 2001 yang hanya US $ 64 juta lalu berlahan naik sampai menyentuh angka US $ 160 juta pada tahun 2004. ”Namun sekarang hanya berada pada angka US $ 109 juta,” tandas bupati.
Sementara itu, APKJ memiliki misi untuk memperbaiki kemandirian anggota-anggotanya dalam bertahan menghadapi persaingan pasar global melalui pembentukan harga pasar yang berkeadilan, memfasilitasi akses terhadap kredit, dan meningkatkan posisi tawar yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar